Wednesday, June 5, 2013

Mengawali Tahun di Karimun Jawa (Bagian 2 - habis)

HARI 3 First Trip on First Day of the Year - Pantai Ujunggelam dan Penangkaran Hiu Pulau Menjangan Besar


Hari 1 Meninggalkan Pulau Karimun menuju Pantai Ujunggelam bersama Rombongan, menemukan kawan - kawan baru :)

1 Januari 2013, masih hujan, berawan dan berangin namun katanya masih aman untuk wisata. Pagi hari berkenalan dengan rombongan lain yang satu penginapan dan rupanya satu paket tour dengan saya dan Lili'. Mbak - mbak yang menjadi kawan baru kami, membuat 3 hari liburan ini menjadi lebih berwarna dan seru. Juga yang akhirnya membuat terwujudnya foto - foto perjalanan ini, hehehe. Hal yang paling menggembirakan saya dari perjalanan pertama ini adalah proses perjalanannya itu sendiri, berlayar dengan kapal kecil, terhempas ombak, sejauh mata memandang hanya laut dan langit. Pemandangan hijau, biru, putih, ah perjalanan kapal yang paling menyenangkan adalah bila saya bisa sambil melamun, hehe. 
Hari pertama perjalanan kami dimulai dengan berlayar menuju 2 spot untuk snorkeling.  Ini snorkeling pertama saya, padahal ga bisa renang hehe. Untungnya saya tidak sendiri, banyak mba - mba dan mas - mas yang tidak tahu berenang dan baru pertama kali snorkeling. Saya tidak norak - norak amat lah, :D. Setelah teriak sana - sini, ga lepas pegangan dari Lili dan ga mau jauh - jauh dari kapal, yippie! saya ber-snorkel riaa :). Tips snorkeling bagi pemula ala saya nanti ya, di postingan berikutnya :)). Setelah snorkeling di 2 spot yang saya ga tau namanya *hehe*, rombongan kami menuju Ujunggelam dan menikmati makan siang disana. Sambil menunggu ikan dibakar, enaknya menyusuri pantai dan foto - foto dengan segala macam pose. Dari Ujunggelam, lanjut lagi ke spot snorkeling berikutnya *lagi -lagi saya ga tau namanya, heu ga inpormatip banget sih ya*. Disini saya sempat turun buat snorkeling lagi, tapi kacamatanya tidak nyaman, lautnya agak dalam (sebelumnya 3 m, yang ini 8 m) dan arusnya lebih deras dari spot sebelumnya. Daripada dibawa arus dan capek ganti - ganti alat, saya nyerah dan akhirnya naik kapal menjadi penonton. Perhentian terakhir dalam perjalanan kami di hari pertama ini adalah tempat penangkaran hiu di Pulau Menjangan Besar. Sayang sekali tidak ada foto kami selama disana bersama hiu - hiu dan beberapa penyu, soalnya lagi sibuk antri ke toilet dan sholat *alesan, padahal takut hiu*. Hari pertama selesai dengan oleh - oleh berupa kulit saya terbakar matahari, cihh percuma pake sanblok. Malamnya, aktivitas bebas, garing sih, tapi kami berlima tidak pernah kehabisan topik bercandaan. Salah satunya tagline "emangnya kenapa?". 

HARI 4 Pulau Gosong dan Pulau Tengah


Dari kiri ke kanan searah jarum jam: Pulau Tengah, di Kapal, Pulau Gosong dan Snorkeling
Pulau Gosong hanya berupa gundukan pasir sekitar 5 x 8 m, kapal bertambat di tengah laut, cukup jauh dari posisi pulau. Jadi harus jalan kaki ekstra dan sebaiknya menggunakan alas kaki karena cukup banyak karang dan bulu babi disana. Saya tidak henti - hentinya terpesona dengan ciptaan Allah yang satu ini, makanya saya ingat betul namanya. Menuju pulau ini sebaiknya saat air laut masih surut *yaiyalah, kalo pas pasang pulaunya ga keliatan*. Saat kembali, kapal saya sudah agak menjauh ke arah laut yang agak dalam, alhasil saya berjalan terseok - seok kesana, melawan arus dan sandal plastik yang terus menerus lepas. Saran saya buat yang bertubuh mungil (baca: pendek), jangan lepas life vest, pake alas kaki yang nempel (sepatu sendal atau sandal gunung misalnya), dan jangan berjalan sendiri (usahakan ada tempat berpegang yang lebih tinggi dari kita). 
Selesai di Pulau Gosong kami lanjut snorkeling, foto - foto dan makan siang di Pulau Tengah. Resolusi saya begitu menjejakkan kaki di Pulau Tengah adalah: BELI GORENGAN! Hahaha. Tapi apa daya, lagi banyak orang dan gorengan pun habis. Tapi, resolusi harus diwujudkan. Saya akhirnya nekad ke dapur, nunggu ibu yang lagi goreng bakwan dan tahu. Begitu matang, langsung masuk keranjang, bayar dan ngacir lagi ke rombongan dengan sekeranjang gorengan. Eh, kok malah cerita tentang gorengan yak? Hehe. Pulau Tengah ini, indah banget. Lautnya hijau kebiruan, pasirnya putih dengan deretan pohon kelapa yang teratur. Sayangnya, kami tidak banyak mengeksplor pulau ini, malah leyeh - leyeh di bawah pohon kelapa dan makan saja. Habis makan siang, meluncur dan snorkeling lagi. Hari ini saya cukup puas snorkeling, tapi sungguh saya heran, selama 2 hari snorkeling saya tidak bertemu ikan - ikan cuma lihat karang, bulu babi dan bintang laut. Padahal kata teman saya satu rombongan, sempat ada sekumpulan ikan - ikan kecil lewat. "Heu, ikan, kenapa kau tidak mau bertemu denganku? Maafkan aku yang suka memakanmu, tapi  kalo kamu lucu, mana tega aku makan." *ngedarama sama ikan.

HARI 5 Kembali ke Jepara dan Perjalanan 

Ya, saatnya pulang! Alhamdulillah, kali ini Kapal Ferry tepat waktu, kami berangkat pukul 8.00 pagi dan tiba di Jepara sekitar pukul 12 siang. Saya dan Lili sebetulnya masih punya rencana liburan ke Semarang. Mba Marsini, Mba Sri dan Mba Antie, kawan perjalanan kami juga sepakat ikut jalan - jalan di Semarang. Yipiie! akhirnya kami berlima extend paket tournya ke Semarang dengan tourguidenya mas Peppy (bukan nama sebenarnya tapi  karna mirip Peppy hihi). Tadinya saya ingin menginap di Semarang dan kembali ke Bandung keesokan harinya. Tapi, Bapak mendadak masuk RS dan saya ingin segera pulang, penerbangan saya ke Pontianak sudah di pesan untuk besok pagi. Jadi hari itu kami semua ke Semarang dan beli tiket KA ke Jakarta. Tentu saja jalan - jalan dulu di Semarang, makan Tahu Gimbal di depan SMAN 1 Semarang (sekolahnya Lili dulu) dan beli oleh - oleh. Saya menyempatkan diri ke Masjid Agung Kota Semarang dan Mal Ciputra. Tapi, jalan - jalan dengan perasaan yang tidak menentu (karena ingin cepat pulang) itu tidak enak. Saya berjanji akan datang ke Semarang lagi dan ke daerah lainnya di Jawa Tengah. Menikmati kota, alam dan makanannya. Sekalipun liburan kali ini ditutup dengan berita duka, tapi perjalanan awal tahun ini menjadi kenangan paling manis yang setidaknya bisa saya pamerkan pada keponakan - keponakan saya *ih, dasar tante tukang pamer!

Atas dari kiri ke kanan searah jarum jam: Pulau Tengah, Makan Siang di Ujunggelam, dan Perlengkapan Liburan
Bawah: Foto - foto di Pulau Gosong, Pulau Tengah,  Penginapan dan Pelabuhan



Salam Liburan, Tiech
Baca selengkapnya

Tuesday, June 4, 2013

Mengawali Tahun di Karimun Jawa (Bagian 1)

Apa? Cerita Liburan awal tahun? Ya, memang cerita ini sudah kaladuarsa (atau kadaluarsa ya?), ah jelas sudah basi banget. Sudah lewat momennya, saya pun sudah tidak begitu ingat dengan detail cerita liburan awal tahun ini di Karimun Jawa, itinerary perjalanan juga udah pada hilang semua, foto - foto yang diambil pun tidak ada yang menarik. Lebih banyak foto yang jauh lebih bagus jika Anda cari di gugel. Jangan berharap tulisan ini memenuhi informasi yang Anda butuhkan untuk berlibur di Karimun Jawa *lah terus ngapain bikin tulisan cerita liburan ga mutu? hahaha. Sekedar pamer poto sekalian bagi pengalaman sedikit bagi yang belum pernah liburan, atau cupu lah soal liburan di laut kayak saya ;p.

Kami menggunakan paket tour, biar lebih terjadwal. Sebelum berangkat liburan, saya dan Lili rajin sekali browsing info - info Karimun Jawa, tips packing, tips snorkeling, tips berbusana bagi muslimah dan tips - tips liburan lainnya. Boleh dibilang, perjalanan kami terencana dengan cukup matang, kecuali soal pilihan waktu. Haha. 

HARI 1 - 2 Bandung ke Jepara

Hari itu, tertanggal 29 Desember 2012, berangkatlah saya dengan sahabat saya Lili menuju Jepara dengan bis malam Keramat Djati. Perjalanan kami menuju pool bis ini sungguh dramatis gara - gara terlambat berangkat dari kos. Sudah pukul 17.15, kami masih jauh dari pool bis dan Kota Bandung macet dimana - mana saudara - saudara! Akhirnya memutuskan naik ojek, minta Bapak Ojek untuk ngebut, bayangkanlah scene dimana wajah kami yang cemas diterpa angin, jilbab kami berkibar - kibar dan ditangan kanan kiri membawa bungkusan dan dipunggung memanggul ransel (maap scene ini tidak ada fotonya ;p). Singkat cerita, setelah sampai di pool yang mana ternyata si bis terlambat, kami berangkat tepat pukul 18.30 menuju Jepara. Kayaknya saya ga perlu lah cerita kalau ber-perjalanan di bis semalaman itu adalah kegiatan yang paling saya cari. Nostalgia cerita cinta pertama, hehehe. Berada di bis membuat saya melankolis, ditambah turun hujan pula. Karena suasana ini lah, saya pun mendongeng kepada Lili, mau tidak mau dia harus mendengarkan saya bernostalgia dengan bis. Saya yakin dia sedang mengantuk, karena tidak lama, kami lalu tertidur setelah dongeng cerita cinta pertama saya. *oke ini udah kepanjangan, kan tadinya ga mau cerita yah. hahaha
Kedatangan kami di Jepara sekitar pukul 8 disambut dengan hujan yang cukup bikin basah kuyup. Perhentian terakhir bis adalah terminal, dimana posisinya tidak jauh dengan pelabuhan menuju Karimun Jawa, naik becak saja dari terminal, 15 menit kemudian...tada! tibalah di pelabuhan. Berhubung keberangkatan kami ke Pulau Karimun Jawa adalah besok pagi, kami menginap di salah satu penginapan murah di depan Pantai Kartini Jepara yang masih dalam satu kompleks dengan pelabuhan. Tidak mau menyia-nyiakan waktu di Jepara, saya dan Lili jalan - jalan mengitari Pantai Kartini: beli es krim, naik mobil - mobilan (kayak bocah*kata lili), belanja suvenir, ke penyu raksasa dan sepedahan. Sayangnya, tempat duduk - duduk di pinggir pantai itu kotor sekali. Sampah, genangan air bekas hujan dan bau - bau semerbak membuat saya tidak bisa menikmati langit dan laut sepenuhnya. 

HARI 2 Terombang - ambing di Laut Jawa


Pagi itu saya melihat matahari terbit diiringi hujan gerimis, kabarnya perjalanan ke Karimun Jawa beberapa hari terakhir diiringi hujan  dan angin. Kabarnya lagi, kapal Ferry yang akan kami tumpangi terlambat gara- gara hujan kemarin. Oke, ini sudah di antisipasi *siapa suruh liburan ke laut di Bulan Desember, tuh rasain! Setelah menunggu kapal Ferry di pelabuhan yang membuat saya bisa menghabiskan setengah isi buku bacaan, pukul 11.00 akhirnya kami berangkat. Yeay! Sesuai jadwal, seharusnya sekitar pukul 15.00 alias pukul 3 sore, kami akan tiba di pulau Karimun Jawa. Lihatlah wajah excited saya dan Lili sesaat sebelum Kapal Ferry kami berangkat, wajah yang akan menjadi suram 9 jam kemudian. Satu jam sudah di laut, dan saya sudah tidur! Obat anti mabok itu benar - benar manjur! Saya sudah tidak peduli dengan hujan dan biasnya yang mengenai muka saya, saya masih tidur hingga akhirnya hujan diikuti angin dan ombak yang besar. Saya, sambil terkantuk - kantuk akhirnya pindah ke dalam dan melanjutkan tidur disana - sementara hujan masih turun, ombak semakin besar dan suara *huek huek* semakin ramai terdengar. Alhamdulilaah, saya masih bisa tidur *dasar kebo.  Sudah pukul 5 sore,  belum terlihat tanda - tanda daratan, saya mulai lapar dan haus sementara Lili' sedang berusaha tidur diantara nyanyian *huek huek*. Kami berdua tahu apa yang sedang terjadi: cuaca buruk dan tidak ada yang bisa memperkirakan kapan kami akan mencapai daratan. Kata mas - mas petugas Ferry: mbak ngapain liburan ke mari Bulan begini, cuaca buruk mba! Catat: jangan lagi liburan  ke laut Bulan Desember! Akhirnya, setelah 9 jam terombang - ambing di Laut Jawa, tepat 31 Desember 2012 pukul 20.00, kami tiba di Pulau Karimun Jawa dengan selamat tapi kelaparan, tanpa mabuk laut, thanks to Antimoh. Saking lelahnya, setiba di penginapan langsung makan, sholat dan tidur(lagi). "Jam 11 kita ke lapangan ya li, liat tahun baruan", kata saya. Lili pasang alarm, lalu tepat pukul 11 kami terbangun, bukan karena alarm tapi karena bunyi kembang api. Saya lelah sekali, Lili pun tampak begitu. Saya lalu bilang "udah ah biarin aja, kembang api dimana - mana juga sama", lalu tidur kembali hingga besok pagi. :)


****bersambung
Baca selengkapnya

Saturday, April 20, 2013

Cerita tentang Parenting: Cuap - cuap di Hari Kartini

Cerita tentang Parenting: Cuap - cuap di Hari Kartini

Malam ini saya sulit sekali memejamkan mata. Buku sudah habis dibaca, tangan juga sudah mulai rindu keletak keletuk di atas tuts keyboard. Menulis tentang apa ya? Berhubung besok adalah hari Kartini, saya ingin cuap -cuap soal Kartini dan Parenting.

Parenting? Hmm, kedengarannya seperti saya sedang menjalankan peran seorang ibu ya. :) Bukan saudara - saudara. Saya ini lajang berkualitas tinggi yang sedang mencari pasangan *eh* (malah promosi). Sudah lama ingin menulis tentang ini, hanya saja ingin menunggu momen yang tepat. Tepatnya saat saya menghabiskan hampir sepenuh waktu saya bersama anak - anak. Seperti sekarang ini, bersama anak - anak kakak - kakak saya yang terlantar karena ibu ayahnya bekerja dan tidak memiliki pengasuh juga asisten rumah tangga.
Anak - anak ini, meski tidak semuanya sepenuhnya dalam asuhan saya (ada 6 cyyyin, super repot kalau saya urus sendirian) membuat saya memikirkan dan mempelajari banyak hal. Yang saya pikirkan, anak - anak saya nantinya seperti apa dan bagaimana ya? Yang saya pelajari, kesabaran, metode membimbing anak, mengasuh anak dan kasih sayang. Ah, saya juga menyadari betapa melelahkannya menjadi ibu dan membesarkan anak - anak. Menghadapi fase demi fase perkembangan fisik dan psikis anak juga menyiapkan anak untuk menghadapi dunia ini sendirian itu, bukan perkara gampang. Butuh kesabaran, ketenangan, pengetahuan, strategi juga sumber dana yang cukup :). Terlebih dengan pola pergaulan dan kondisi dunia seperti sekarang. Bila terpikirkan hal ini, saya selalu bersyukur karena dibesarkan oleh ibu seperti mama' saya. Terlepas dari segala kekurangan dalam caranya mendidik saya, Mama' cukup berhasil menyiapkan saya menjadi manusia baik. Saya sendiri tidak percaya diri apakah saya nantinya mampu mendidik anak dengan baik setidaknya seperti yang Mama' lakukan.

Lalu apa urusannya soal parenting dengan Ibu Kita Kartini putri sejati, putri yang mulia harum namanyaaa (malah nyanyi, hehe). Saya sudah sejak zaman orde mahasiswa  dulu, tidak begitu antusias dengan peringatan hari Kartini yang dikaitkan dengan upaya Ibu Kartini menyetarakan kedudukan perempuan dan laki - laki. Buat saya, apa yang beliau perjuangkan bukan sekedar 'penyetaraan' laki - laki dan perempuan (malah sejujurnya saya kira bukan itu alasannya). Toh, laki - laki dan perempuan masing - masing memiliki kewajiban dan kodratnya sendiri.

Pendidikan bagi perempuan itu penting, karena ia adalah calon ibu, pendidik manusia yang paling pertmaa. Pendidikan akan besar pengaruhnya dalam membentuk ibu yang juga siap menghasilkan anak - anak menjadi generasi yang berkualitas. Seperti kutipan yang saya share siang ini di akun Facebook saya:
“Kami di sini memohon diusahakan pengajaran dan pendidikan anak perempuan, bukan sekali-kali karena kami menginginkan anak-anak perempuan itu menjadi saingan laki-laki dalam perjuangan hidupnya. Tapi karena kami yakin akan pengaruhnya yang besar sekali bagi kaum wanita, agar wanita lebih cakap melakukan kewajibannya, kewajiban yang diserahkan alam sendiri ke dalam tangannya: menjadi ibu, pendidik manusia yang pertama-tama.”

(kutipan surat RA Kartini kepada Prof Anton dan istrinya, 4 Oktober 1902)

Bukan bermaksud skeptis atau berprasangka, namun masih banyak orang - orang di sekitar kita (termasuk mama saya sendiri) yang melupakan tentang ini. Mama saya menyekolahkan saya sampai sarjana, agar demi saya tidak terperangkap dalam dapur dan pekerjaan rumah tangga serta setara dengan para lelaki di luar sana. Saya sendiri, sejak awal kuliah mengingatkan pada diri sendiri bahwa pendidikan, formal ataupun tidak, adalah cara saya mengembangkan kapasitas diri saya untuk menjadi ibu yang berkualitas sehingga akan menghasilkan generasi yang berkualitas pula. Apa mimpi yang paling nyata buat saya? Jawabannya adalah menjadi ibu, mendedikasikan seluruh ilmu untuk membentuk generasi pejuang (lagi - lagi, promosi dan pencitraan diri hehe). Saya tetap akan sekolah, juga menempuh dan mempelajari ilmu lain di luar keprofesian. Kalau Ibu Kartini masih ada, saya kira beliau akan sangat bangga pada saya dan berharap lebih banyak perempuan ber'pendidikan' tetap menjalankan kodrat dan tugasnya sebagai perempuan. Kita ini perempuan, punya kuasa dan pengaruh besar bagi kemajuan generasi. Di tangan kita lah terbentuk karakter anak dan generasi selanjutnya. :D

Saya sadar, tulisan ini sungguh tidak beraturan. Tapi, pikiran di otak ini sungguh belum setara dengan kecepatan saya menyusun kata dan menuangkannya dalam ketikan. Juga tidak sebanding dengan rasa kantuk yang mulai menyerang karena sudah hampir tengah malam. Mohon dimaafkan dan dimaklumi. Saya hanya ingin berbagi dan juga promosi. :))

Terima Kasih,
Salam sayang dari Perempuan Sholehah, Tiech
Baca selengkapnya

Sunday, April 14, 2013

Sambil Mengasuh, Sambil Belajar Parenting

Keponakan Tersayang: Batita, Balita, Anak - anak dan ABG (lengkap ya, hehe)
Sudah hampir sebulan saya bolak - balik Pontianak - Sambas. Berhubung saya belum bekerja lagi selama sebulan ini, maka hari - hari saya tidak pernah bisa lepas dari anak - anak ini. Saya, yang terbiasa hidup sendiri dan menghabiskan waktu di kantor, kini hampir 24 jam bersama anak - anak. Menghadapi masing - masing anak dengan perbedaan usia mereka, butuh strategi dan pendekatan berbeda tentunya. Pada minggu - minggu pertama, menghadapi keenam bocah ini bikin saya sakit kepala dan tak sempat memikirkan apapun. Yang ABG luar biasa manja dan keras kepalanya, agak malas belajar juga dan kurang termotivasi sekolah, yang lagi TK susahhh sekali makan sampai sudah seperti bunga layu badannya. Yang masih bayi juga lagi aktif - aktifnya, lari kesana kemari tapi seringnya nabrak dinding, kejepit pintu atau kepeleset. Yang 3 tahun egonya tinggi sekali dan juga senang memukul, meninju dan bikin adek - adeknya menangis. Adiknya juga tidak kalah bikin pusing, sudah mulai meniru perilaku memukul, mencubit dan melempar barang seperti yang dilakukan sang Abang. -__-'

Kondisi rumah saya: Bapak dan Ibu sakit, tidak ada asisten rumah tangga, tidak ada pengasuh anak - anak kecuali si bayi yang khusus punya baby sitter sendiri, dan kakak - kakak yang sibuk bekerja hingga sore. Pekerjaan rumah tangga dikerjakan bersama dengan kakak saya. Tapi soal pengasuhan? Itu sudah sejak satu dekade lalu, menjadi tugas mutlak saya ketika kakak saya tidak bisa mengasuh anaknya sendiri. Pontianak atau Sambas? Hampir sama, bikin stress dan potensial darah tinggi dua - duanya. Gelar Tante yang tidak pernah marah (yang pernah diberikan oleh kakak saya) kini sudah luntur, akibat hampir tiap hari saya marah - marah.:D

Sadar kalau marah - marah setiap hari bukan solusi tepat menghadapi anak - anak, juga tidak baik untuk perkembangan psikologi mereka membuat saya banyak membaca materi - materi terkait parenting. Lumayan lah membantu, selain psikologi, materi parenting biasanya juga ada yang menyangkut masalah kesehatan. Saya saja baru 'ngeh' kalau gejala demam yang diderita keponakan saya adalah Flu Singapura setelah baca salah satu artikel di parenting.co.id. Sekarang, tinggal prakteknya besok hari, menghadapi kebiasaan memukul, melempar dan meninju para balita dirumah. Semoga saya berhasil, tidak marah - marah besok, hehe.

Salam hangat dari Tiech yang sedang berbakti menjadi Tante Baik Hati


Baca selengkapnya

Friday, March 15, 2013

Keputusan dan Perubahan

Perubahan tidak selalu menyenangkan. Meninggalkan zona nyaman yang tidak sepenuhnya nyaman juga bukan hal mudah. Pada awalnya, saya mengira jangan - jangan ini keputusan yang keliru. Tapi, bukankah saya sudah berdoa memohon petunjukNya lalu dengan mantap melangkahkan kaki dari sini? Lagipula keputusan ini adalah demi kebahagian orang - orang tersayang. Jadi, saya yakin ini keputusan yang terbaik.

Hari ini saya kembali ke tempat yang sempat saya rindukan tepat sehari sesudah meninggalkannya. Saya bertemu dengan semua orang. Disambut dengan gembira dan tawa. Sepulangnya dari sana, saya sepenuhnya sadar keputusan ini tidak keliru. Allah SWT sedang menyelamatkan saya dari fikir, perilaku, mata dan hati saya sendiri dari suatu kondisi. Kondisi dimana saya bisa hilang kendali karena terlampau menyukai seorang lelaki. Kondisi yang saya sebut drama.

Apa salahnya menyukai orang lain/ lelaki? Mungkin begitu pikiran banyak orang. Buat saya, itu masalah kalau status kami berdua tidak jelas. Terlebih kalau sampai orang ini menyita hidup saya tanpa dia menyukai saya. Saya bisa kehilangan kendali karena rasa suka dan saya benci itu. Saya memilih menjauh, dan membiarkan Tuhan memilihkan yang lain, lalu membiarkan saya jatuh bebas menyukai dan mencintai orang itu. 

Saya, hanya ingin menghindar dari drama. My time is too precious for another drama.
bagi yang hatinya belum jelas, menahan rasa itu menyiksa | namun bila belum pantas, katakan rasa hanya menambah sengsara (Felix Siauw)

Sumber Gambar: www.sodahead.com

 Tiech. 
Baca selengkapnya

Tuesday, March 12, 2013

Studying Public Policy : Pilihan Baik untuk Mempelajari Kebijakan Publik

Studying Public Policy : Pilihan Baik untuk Mempelajari Kebijakan Publik

Kebijakan publik, satu topik yang tidak akan pernah jauh dari kehidupan profesional perencana wilayah dan kota :). Kali ini saya berbagi info tentang satu buku yang cukup membantu Anda mempelajari Kebijakan Publik. Sebelumnya saya pernah menulis tentang refleksi bacaan untuk buku Public Policy yang ditulis Dr. Riant Nugroho. Berbeda dengan buku sebelumnya yang juga melibatkan konteks Indonesia dan berbagai praktek kebijakan publik di buku ini, saya kira lebih banyak konsep dan teori mempelajari  kebijakan publik dalam konteks yang lebih luas tentunya. Ah, tentu saja sesuai dengan judlnya; Studying Public Policy

Buku ini ditulis oleh Michael Howlett dan M. Ramesh terbitan Oxford University Press tahun 2003. Buku setebal 311 halaman dengan 11 bab ini pada awalnya direkomendasikan oleh senior saya saat saya mengatakan padanya saya sedang tertarik pada bidang Kebijakan Publik. Dan memang buku ini sangat membantu saya memahami kebijakan publik karena lingkup pembahasannya yang luas dan struktur pemaparannya yang mudah untuk dipahami. 

Apabila selama ini Anda hanya mengenal kebijakan publik dari William Dunn saja, saya kira ada baiknya Anda membaca buku ini. Buku ini membuka wawasan dan pemahaman bahwa kebijakan publik adalah materi yang kompleks, bukan sekedar tahapan - tahapan atau pekerjaan perumusan - pelaksanaan - evaluasi kebijakan. Salah satu yang saya sukai dari buku ini adalah pada setiap babnya akan ada kesimpulan dan "further readings" untuk kita menggali lebih jauh topik yang dibahas pada tiap bab. Mari kita intip apa saja isi buku ini:
Bagian 1: Pengantar, berisi berbagai tinjauan definisi dan pendekatan serta teori - teori kebijakan publik
Bagian 2: Institution, Actor and Instruments, dalam bagian ini Anda akan dikenalkan dengan pelaku dan lembaga terkait kebijakan publik, juga subsistem kebijakan publik serta berbagai klasifikasi kebijakan publik.
Bagian 3: The Public Policy Process, tentu saja ini berisi proses kebijakan publik yang umumnya sudah kita ketahui mulai dari perumusan hingga evaluasi. Proses kebijakan publik tersebut disajikan dalam cara yang berbeda, bukan sekedar pembahasan mengenai siklus kebijakan, namun juga kaitannya dengan subsistem kebijakan yang telah dibahas pada Bagian 2. Sejujurnya, bagian 3 ini adalah bagian paling menarik bagi saya :).
Bagian 4: Understanding Policy Change, bagian ini semacam pengingat atau catatan penting bahwa kebijakan publik baik upaya mempelajarinya maupun pada prakteknya merupakan sesuatu yang dinamis. 

Anda bisa mendapatkan buku ini di banyak toko buku online, dengan harga yang wajar (baca: agak mahal) tentunya. :). Atau dapat juga menitip pada rekan yang sedang di luar negeri. Ada baiknya saya menyertakan deskripsi buku ini dari Amazon.com:
June 5, 2003 0195417941 978-0195417944 2
"This book develops and analytical framework of the subject for those interested in public policy. Instead of focusing on the susbtantive policy of a particular policy area, the book examines the theoretical and conceptual foundations of, and approaches used in, the policy sciences."
 "Studies of public policymaking all to often apply general assumptions about political life to specific case studies. In Studying Public Policy, Michael Howlett and M. Ramesh argue that this approach does not do justice to the wealth of empirical studies pointing to a different set of factors responsible for general patterns of policymaking.

Following a discussion of the strengths and weaknesses of the existing approaches, the authors inventory current British, American and Canadian literature on policy actors, institutions, and instruments, and derive from that inventory the elements of an inductive, middle-range theory of public policymaking. The model developed in the book not only helps to unify theoretical and empirical studies, but identifies critical elements of the process of policy change of interest not only to specialists but also to practitioners in the field.
"
Sekian tinjauan bacaaan dari saya kali ini. Semoga bermanfaat! :)

Si Perencana Muda, Tiech
Sumber deskripsi dan gambar: 
  1. http://www.amazon.com/Studying-Public-Policy-Cycles-Subsystems/dp/0195409760/ref=cm_cr_pr_orig_subj
  2. http://www.amazon.com/Studying-Public-Policy-Cycles-Subsystems/dp/0195417941/ref=cm_cr_pr_orig_subj
Baca selengkapnya

Monday, March 11, 2013

Saturday, March 9, 2013

Gadis Jeruk: Sederhana Namun Kaya Makna

Tidak Sengaja, Sprei Kamar Tidur Berwarna Orange
Ini adalah cerita tentang sebuah buku yang saya dapet minjem, boleh disebut resensi meskipun jauh dari kaidah - kaidah menulis resensi yang baik :)
Seharusnya saya bisa baca ini sejak tahun lalu, sejak kawan baik saya tertarik pada buku ini. Tapi dengan kekuatan bulan akhirnya kemarin saya sukses menyelesaikan membacanya dalam waktu kurang dari 24 jam! Cukup menunjukkan betapa saya menyukai cerita buku ini. Oh, buku yang saya baca adalah versi terjemahan Indonesia Gold Edition (Tahun 2011) terbitan Mizan dengan 252 halaman.

Buku ini ditulis oleh Jostein Gaarder, penulis yang kini tinggal di Norwegia dan juga menulis buku Best Seller Dunia Sophie. Katanya 'Dunia Sophie' ini  berbau - bau filosofis, kalau memang begitu maka tidak mengherankan kalau cerita Gadis Jeruk ini sangat sarat makna. Saya belum bisa berkomentar tentang Dunia Sophie karena buku ini masih masuk kategori to read, alias belum dibaca :).

Mari kembali ke Gadis Jeruk. Novel ini menuturkan kisah dari seorang anak laki - laki berusia 15 tahun bernama Georg yang pada suatu hari mendapatkan surat dari ayahnya yang sudah lama meninggal. Surat ini bercerita tentang masa lalu sang Ayah yang bertemu dengan seorang Gadis yang selalu membawa jeruk kemanapun dia pergi. Gadis ini, tatapannya, tingkah lakunya, jeruk yang selalu dibawanya itu bahkan keberadaaanya misterius bagi Sang Ayah. Upayanya menemukan keberadaan si gadis Jeruk membawanya hingga ke Spanyol, tempat tumbuh jeruk - jeruk itu. Tapi surat sang Ayah tidak hanya sebatas cerita tentang Gadis Jeruk ini. Kisah Gadis Jeruk sesungguhnya hanya pengantar,  yang membuat Sang Ayah lalu memikirkan teleskop, menimbulkan tanya tentang hidup dan pilihan, tentang dunia sekarang dan dunia setelah kematian. Semua hal yang sangat mungkin dipikirkan oleh seorang pesakitan yang sedang menanti ajal. Saya kira, Sang Ayah tidak hanya membawa masa mudanya dalam surat ini, namun juga sedang 'curhat' pada anaknya.

Kisah pencarian Gadis Jeruk saja bukan hal biasa bagi saya, detail tentang lingkungan sekitar, pakaian , tatapan mata, senyum dan gestur Gadis Jeruk yang dipaparkan oleh penulis sukses membuat saya merasa sedang berjalan mengikuti pencarian ini dan meyakini ada sesuatu dibalik semua misteri tentangnya. Dalam surat itu diceritakan isi pikiran Sang Ayah yang sangat menarik bagi saya, tidak hanya karena pilihan kata yang membuat pembaca bebas menginterpretasikan makna kata - kata tersebut, namun juga merenungi makna kehidupan. Seperti kalimat pada halaman 182:
"Dongeng hebat apakah yang sedang kita jalani dalam hidup ini, dan yang masing - masing dari kita hanya boleh mengalaminya untuk waktu yang sangat singkat? Mungkin teleskop ruang angkasa akan membantu kita untuk mengerti lebih banyak tentang hakikat dongeng ini suatu hari. Barangkali di luar sana, dibalik galaksi - galaksi, terdapat jawaban apa sebenarnya manusia itu" 
 Atau seperti kalimat pada halaman 210: 
"Akankah aku memilih untuk hidup di bumi setelah mengetahui dengan pasti bahwa aku akan tiba- tiba dicabut dari sana, dan barangkali di tengah - tengah kebahagiaan yang memabukkan? Atau, akankah aku, bahkan pada tahap yang paling awak, dengan hormat menolak untuk ikut dalam permainan ini? Kita datang ke dunia ini hanya sekali. Kita masuk ke dalam dongeng besar ini hanya untuk melihat ceritanya berakhir!

Diantara kita mungkin akan berhenti sebentar dan merenungi pertanyaan Sang Ayah ini, namun ada pula yang telah memiliki jawaban yang mantap akan ini semua. Apapun itu, saya rasa buku ini tidak sekedar menuturkan kisah perjalanan batin Georg selama membaca surat ayahnya atau kisah cinta sejati dan tak terbatasnya kasih sayang keluarga. Buku ini menyentil, mencoba mengusik dan mengulik pemaknaan sejati akan kehidupan. Begitu menurut saya.

Oh iya, Gadis Jeruk ini juga telah di buat versi filmnya dengan plot cerita yang sedikit berbeda dari novelnya. Hanya saja, saya tidak terlalu merekomendasikan filmnya. Terlalu banyak pesan, emosi dan nilai - nilai baik dalam cerita Gadis Jeruk yang hilang dalam film ini sehingga membuatnya terkesan sebagai kisah cinta biasa Atau mungkin memang itu sasaran film ini? Entahlah, yang jelas bagi saya film ini telah kehilangan makna Kisah Gadis Jeruk sebenarnya.



Semoga tulisan suka - suka hati saya ini bermanfaat. Selamat membaca!

Yang Lagi Suka Baca Tulis, Tiech


Baca selengkapnya
Skills For Planning Practice (Ted Kitchen): Buku Untuk Semua Kalangan Perencana

Skills For Planning Practice (Ted Kitchen): Buku Untuk Semua Kalangan Perencana

Tahun Terbit: 2007, New York
Heup. Saya kembali, membawa buku bacaan yang sebetulnya terkait dengan profesi saya saat ini sebagai Perencana Wilayah dan Kota. Hmm, profesi yang tidak banyak dikenal orang seperti Arsitek :). Di lain kesempatan akan saya ceritakan tentang profesi saya ini. Buku ini sudah cukup lama saya punya dan sudah saya baca seperlunya. Tapi, akhir - akhir ini saya merasa perlu membacanya kembali. Demi mendalami dan menguatkan kemampuan saya sebagai perencana (tsahhhh, gaya ya! hehe)

Buku ini berjudul : Skills For Planning Practice ditulis oleh Ted Kitchen yang merupakan seorang dosen di Sheffield Hallam University, Inggris. Buku ini, oleh beliau sendiri diakui merupakan pengalamannya selama menjadi praktisi perencanaan wilayah dan kota sebelum beliau  menjadi akademisi. Melihat tahun terbitnya, ini merupakan buku kategori baru. 
Skills For Planning Practice terdiri dari 10 bab, didahului dengan pengantar dan diakhiri dengan kesimpulan. 7 (tujuh) bab diantaranya merupakan pembahasan mendalam mengenai "skills" perencana dan satu bab tentang berbagai pendapat (atau teori?) dari berbagai pihak, perspektif, badan perencana dan dari sudut pandang profesional tentang "skills and quality" yang harus dimiliki oleh seorang perencana. Melihat struktur buku ini, penulis tidak sekedar menyampaikan pengalamannya selama bertahun - tahun menjadi praktisi, namun juga menyertakan pendapat dari berbagai perspektif. "Lebih setuju pada pedapat yang mana"saya kira bukan tujuan utamanya, namun cenderung mengingatkan pada perencana, terlebih perencana muda seperti saya bahwa ada keterampilan yang harus dimiliki selama bergelut dalam bidan perencanaan wilayah dan kota ini. Kemampuan yang tidak hanya sekedar berkutat pada kemampuan penguasaan teori namun juga kemampuan personal dan inter personal. 

Saya sendiri menyukai cara penulis bertutur dalam buku ini, dimulai dari pemahaman mengenai perencanaan itu sendiri. Satu pernyataan di awal bab pengantar yang menjadi dasar agar ada pemahaman yang sama mengenai perencanaan:
"The purpose of Urban and Regional Planning is to make places better for people"
"Make Places Better For People" bermakna lingkungan kehidupan yang lebih baik untuk manusia. Lingkupnya sangat luas, kesejahteraan ekonomi, keamanan sosial dan keberlanjutan lingkungan hidup ungtuk generasi sekarang maupun akan datang. 

Ada satu kalimat yang saya senangi dari bagian introduksi buku ini, bahwa kota/ daerah yang kita tinggali bukan sekedar hasil bentukan atau tanggung jawab pemerintah, dewan rakyat atau badan perencanaan namun lihatlah kota sebagai hasil bentukan aktivitas semua anggota masyarakat yang dipengaruhi oleh banyak faktor, dilakukan oleh individu maupun kelompok yang berbeda. Bagaimana masyarakat membentuknya? Ah, saya teringat kota kelahiran saya yang setahun terakhir cukup berkembang. Di kota kelahiran saya, hampir semua rumah di pinggir jalan utama memiliki warung, dan hampir sepanjang jalan utama dipenuhi dengan ruko - ruko. Padahal 5 tahun sebelumnya masih banyak lahan kosong dan rumah hanyalah rumah biasa. Pernah membayangkan seisi kota dipenuhi ruko yang tidak semuanya terisi? Seperti itulah aktivitas masyarakat membentuk ruang kota.
"By considering urban life as a whole and recognising that responsibility rests with us all, we can further improve the quality of urban life" (Introduction-Page 3)
Yap, dan itu sebabnya pula butuh ilmu perencanaan wilayah dan kota. Ada aktivitas yang harus ditampung oleh ruang hidup kita, tapi ruang yang bisa kita tinggali di bumi ini terbatas. Jadi, sebatas apa ilmu ini? Ah, hampir dapat dikatakan sulit mencari batasannya, selama dalam kerangka "Make Places Better For People" saya masih mengkategorikan itu perencanaan wilayah dan kota :)
Luasnya lingkup perencanaan wilayah dan kota, juga banyaknya jenis kepentingan yang harus dihadapi  semasa menempuh kuliah sarjana saya dijejali dengan berbagai macam ilmu. Ilmu perpetaan, statistik manajemen, kebijakan publik, administrasi publik, teknik presentasi, perancangan tapak (site plan), transportasi, perumahan, keuangan, politik, sosial dan ekonomi. Wow, saya sendiri masih merasa ajaib dengan semua ilmu yang saya pelajari selama 4 tahun. Hasilnya? Saya benar - benar lupa (hehe) padahal kebanyakan yang dipelajari hanya sebatas 'kulit' ilmunya saja. Sejujurnya, saya baru memahami sepenuhnya alasan saya mempelajari semua materi itu setelah saya bekerja. Setiap kali ada proyek saya selalu tersadar: "ah, ini sebabnya saya dulu dikasih materi ini!" Alhasil, setiap kali terlibat proyek, saya masih harus buka-buka buku teks lagi bahkan untuk materi sederhana sekali pun saya masih membuka buku kuliah. :) Wah, sia - sia dong kuliahnya? Tidak juga, kuliah ini mengajarkan saya berkomunikasi dan berpresentasi, bekerja dalam tekanan, bekerja dalam tim, berpikir struktural dan komprehensif dengan melibatkan berbagai perspektif. Yang kemudian saya pahami sebagai basic skill yang harus dimiliki perencana. 

Saya memang baru 4 tahun dalam dunia profesional ini, namun ketika membaca 7 Skills for Planning Practice ini saya tidak punya pilihan selain sepakat dengan Ted Kitchen :D. Apa saja ketujuh skill tersebut? Ini dia:
  1. Technical Skills/ Kemampuan Teknis, saya memahami ini sebagai kemampuan untuk memahami peta, menggunakan peta, menganalisis data dan kemampuan analisis lainnya.
  2. Planning system and process skill, karena perencaanaan selalu terkait dengan pemerintahan maka dibutuhkan keterampilan memahami sistem perencanaan berikut proses dan prosedurnya
  3. Place skills, dibutuhkan karena memang tempat/ ruanglah yang menjadi tujuan perencanaan
  4. Customer Skills, pernah ada dosen yang mengatakan ini pada saya: "planning di Indonesia itu gimana bohir" (bohir: pemberi kerja/ klien yang biasanya adalah pemerintah). Penting untuk menjawab kebutuhan klien, namun perencana juga perlu memperhatikan siapa yang mendapatkan manfaat dan terkena dampak dari suatu pekerjaan. Kembali ke tujuan awal perencanaan: "Make Places Better For People"
  5. Personal Skills, ini tentang bagaimana seorang perencana menyampaikan pemikiran dan ide- idenya, berinteraksi baik dalam tulisan maupun saat bertatatapan langsung. Intinya kemampuan komunikasi dan interaksi yang baik.
  6. Organizational, managerial and political context skills, proses perencanaan tidak lepas dari konteks organisasi baik dalam tim perencana itu sendiri, maupun terkait dengan pemerintahan dan politik.
  7. synoptic and integrative skills, karena adanya kebutuhan untuk melihat suatu isu dari segala perspektif dan secara holistik maka seorang perencana harus memiliki kemampuan untuk memahami "big picture' dari pekerjaan yang dihadapinya. Ini adalah salah satu peran kritis. Saya memahaminya sebagai kemampuan berpikir sistem atau dengan kata lain memandang sesuatu dalam kerangka sistem yang elemennya terkait satu sama lainnya.
Ketujuh skills ini dibahas satu per satu dalam buku ini, namun dalam praktek perencanaan tentu saja semuanya digunakan dalam kesatuan yang utuh. Tidak semua orang memiliki kemampuan hebat dalam ketujuh keterampilan tersebut. Pasti ada skill yang lebih mendominasi, namun jika bekerja dalam tim kekurangan ini dapat ditutupi. Masing - masing anggota tim dapat saling melengkapi dan menguatkan hasil kerja.

Bagi saya, buku ini penting dimiliki perencana muda seperti saya dalam mengembangkan karir profesionalnya. Terlebih lagi bagi perencana yang bergerak di dunia konsultan (praktisi). Pengalaman yang diceritakan memang seputar perencanaan di Inggris yang notabene memiliki perbedaan sistem politik, pemerintahan dan ideologi bahkan sistem perencanaan pembangunan yang berbeda dengan Indonesia. Namun, sebagaimana yang dikatakan oleh penulis (Ted Kitchen) esensi dari semua perencanaan adalah sama yakni bertujuan menciptakan lingkungan dan kehidupan yang lebih baik.

Semoga review ini bermanfaat. Selamat Membaca!

Si Perencana Muda, Tiech
Baca selengkapnya

Thursday, March 7, 2013

Refleksi Singkat Bacaan Motivasi Muslim

Saya hanya ingin sekedar berbagi, bukan mengajari apalagi menghakimi. Kalimat - kalimat ini, mengingatkan saya yang sempat kehilangan makna dalam bergerak. Kalimat ini sederhana dalam pilihan kata, tapi cukup kuat menepuk saya ketika memutuskan banyak hal dalam hidup. Dalam fase perubahan kali ini, saya menyadari bahwa sekalipun harapan dan keinginan kita berada 5 cm didepan mata, ada banyak hal di luar kendali dan diluar jangkauan panca indera kita. Keinginan dan cita - cita itu, sudahkah didasarkan pada niat untuk mendekatkan diri kepadaNya, sudahkah dibingkai dalam kerangka ibadah? Sudahkah Allah saya libatkan dalam setiap keputusan yang saya buat? Sudahkah saya merelakan, melepaskan dengan ikhlas apa yang memang bukan milik saya. Mengingat ini semua, hati saya rasanya diremas dan mata mulai memanas. Reaksi tiap orang mungkin berbeda tergantung kepekaan hati dan kekuatan mental tentunya. Kutipan kicauan ini saya ambil dari bukunya Asma Nadia "Twitografi". Ah, bukunya yang satu lagi "Catatan Hati di Setiap Doaku" juga lebih seru, inspiratif sekaligus membuat kita berkaca untuk memperbaiki doa dan etika berdoa kepadaNya. Semoga bermanfaat.

Yang Lagi Suka Baca Tulis, Tiech


Baca selengkapnya

Friday, February 1, 2013

Ketika Waktu Terbang Cepat

Ketika Waktu Terbang Cepat

Saya baru saja akan mengakhiri jam kerja di kantor untuk malam ini lalu teringat belum periksa email hari ini. Ada email baru yang masuk, dari mahasiswa ITB yang mengabarkan adanya program Kampanye tentang "Aku Masuk ITB 2013". Kampanye untuk mengabarkan kepada dunia (emm, maksudnya siswa siswi SMA/SMK) bahwa meskipun biaya pendidikan mahal, percayalah tidak ada yang putus pendidikan di ITB karena permasalahan ekonomi. Isi email ini tentu saja menwarkan pada alumni (seperti saya) untuk berpartisipasi dalam program ini baik itu lewat dukungan fisik (dana) maupun non fisik (ide dan doa) misalnya. Sejujurnya, sebagai manusia 'bukan dari kalangan atas' yang Alhamdulillah pernah sekolah di ITB, saya sangat setuju dengan kampanye seperti ini. Tidak banyak yang tahu (bahkan orang - orang disekitar saya) bahwa meskipun pendidikan di ITB cukup mahal dan semakin mahal, tapi banyak beasiswa yang berseliweran disana. Proses permohonannya tidaklah begitu sulit. Insya Allah biaya SPP terjamin, biaya hidup pun ada beasiswanya. Saya pun sekolah disana berkat beasiswa. 
Yah begitulah. Hanya saja saya sedang berfikir, sejak tahun kemarin cukup banyak mahasiswa yang menghubungi saya dalam rangka mengabarkan bahwa ada peluang berinfaq di acara mereka.  Saya tidaklah berkeberatan, meskipun tidak banyak yang bisa saya keluarkan dengan mengandalkan gaji saya sebagai karyawan. Namun, 6-7 tahun yang lalu pun saya seperti mereka, mengandalkan database alumni dari unit  ntuk email dan telpon sana - sini, berharap para alumni bersedia membantu. Ketika kesulitan mengumpulkan dana sesuai kebutuhan acara, saya selalu berharap ada alumni yang berbaik hati mencukupi atau setidaknya menambahi kekurangan itu. Toh event ini untuk menyebarkan kebaikan. Kini, saya berada pada posisi alumni. Saya merasa begitu cepat waktu telah berlalu, saya sudah lulus, sudah lama bekerja. Dan tentu, sudah tidak lagi membuat proposal untuk diajukan pada alumni. Semoga kelak saya bisa membantu mereka lebih banyak dari yang saya mampu sekarang. Dan tetap dapat berkontribusi meski bukan lagi mahasiswa ITB dan anggota unit kemahasiswaan. :)

Baca selengkapnya
Berpikir, Bertindak dan Memberikan Pengaruh Positif

Berpikir, Bertindak dan Memberikan Pengaruh Positif

Hai, sudah lama sejak terakhir kali saya menulis. Banyak hal yang seharusnya menjadi bahan tulisan. Tapi, kesibukan akhir - akhir ini lagi - lagi menyita waktu produkitif saya untuk menulis. :)
Berpikir positif, akhir - akhir menjadi PR penting buat saya, emmm, tidak akhhir - akhir ini juga sih, tepatnya dalam setahun terakhir. kenapa? Karena dalam setahun terakhir, saya kerap sekali berpikiran negatif yang ujung - ujungnya membuat saya merasa malas, lemah dan tak berdaya. Saya selalu mencoba berfikir positif, tapi kadang tetap saja ada hal - hal negatif yang kemudian melemahkan kekuatan saya sendiri. Dan ini kembali menjadi pikiran negatif ketika saya merasa tidak bermanfaat buat orang - orang di sekitar saya. Buat saya, kebahagiaan dan makna hidup yang sebenarnya adalah ketika kita dapat memberikan sebanyak - banyak manfaat (nilai positif) bagi orang lain. Baik itu dalam bentuk fisik atau hal abstrak sekalipun.
Dan di awal tahun ini perasaan itu lagi - lagi muncul, ketika melihat semakin ramai kawan - kawan saya yang mampu berkontribusi lebih bagi orang lain. Malah menjadi inspirasi dan bagian dari pencerah jiwa- jiwa muda di luar sana. Saya iri? Ya iri, orang - orang itu sesungguhnya telah membangun kehidupan yang abadi, dengan meninggalkan ilmu dan nilai - nilai posiitif bagi orang lain. Sedangkan saya? masih berkutat pada kehidupan pribadi, sibuk galau dan sibuk mengejar ketertinggalan, atau jangan - jangan saya masih diam di tempat?
Tapi, rupanya terlalu banyak memikirkan diri sendiri itu adalah racun. Membunuh positivitas yang sesungguhnya. Saya menyadari ini ketika seorang kawan saya mengirimkan teks kepada saya yang berisi pendapatnya akan keputusan saya yang memutuskan untuk pindah dari Kota ini: "Will miss u ti, gw senang didekat lu banyak pengaruh positif yang gw dapat". Saya kaget, oh usaha saya untuk selalu berada pada jalur 'positif" kini dirasakan oleh kawan saya ini. Saya senang. Setidaknya saya memberikan energi positif untuknya dan pengakuannya membuat saya yakni bahwa ketika kita berusaha berpikir positif, maka tindakan dan energi yang dirasakan oleh sekitar pun akan positif pula. Lagipula tidak ada ruginya, hanya saja terkadang saya kerap mengalami kesulitan juga. Tapi bukan berarti tidak bisa kan. Jadi, semangatlah dan sebarkan energi positif Anda hari ini.

Daah!

Salam Hangat Selalu,
Tiech

Baca selengkapnya