Sunday, April 30, 2017

Fabulous 30 (Bagian 2)

seandainya kamu merasakan
jadi aku sebentar saja
takkan sanggup hatimu terima
-Judika, Jadi Aku Sebentar Saja-

Rasanya selarik lirik lagu Judika ini mewakili perasaan banyak perempuan. Bukan hanya perempuan yang sedang patah hati, namun juga perempuan yang masih sendiri. Menjalani hidup sebagai perempuan single di usia 30an memang tidak jauh dari stigma yang tidak menyenangkan. Meskipun kita sudah berada di era modern seperti ini dan sudah banyak pula orang yang berfikiran terbuka, namun belum menikah di usia kepala tiga tetaplah sebuah tantangan. 

Padahal tidak semua perempuan single belum menikah karena pilihannya atas gaya hidup melajang. Naluri perempuan tetap tersentuh disaat melihat orang yang sudah berpasangan dan mempunyai anak. Sisi batinnya pun menginginkan demikian. Membangun keluarga sendiri. Namun, terkadang ada banyak hal yang menyebabkan jodoh yang dinanti belum datang. Sementara orang - orang sekitar, entah itu keluarga, kawan, tetangga, bahkan mungkin tukang ojeg langganan sibuk menanyakan kapankah sang perempuan mengakhiri kesendirian.
"Jangan lama-lama, niat baik harus disegerakan"
"Aduh, kamu sudah seusia ini jangan pilih-pilih. Perempuan itu masa melahirkannya sebentar saja. Semakin tua semakin susah mencari pasangan. Belum tentu juga nanti ada yang mau."
"Kamu nanti susah melahirkannya loh. Tak baik perempuan terlalu lama menikah."
"Jangan terlalu banyak pertimbangan. Sudah untung masih ada yang mau."
Dan berbagai komentar serupa lainnya mengalir deras dari lisan semua orang. Kalau sudah begini, galau dan panik melanda. Lebih parah lagi, jika ini membuat sang perempuan menikah untuk kejar setoran. "Asal saya laku". Padahal menikah adalah mengarungi bahtera kehidupan. Ada perjalanan panjang yang dijalani bersama baik dalam suka maupun duka. Pernikahan bukan sekedar kejar setoran sebelum usia masa reproduksi habis, namun ini soal tujuan, komitmen, dan tanggung jawab. Menikah karena panik, jangan sampai dilakukan. 

Di lain sisi, ada pula perempuan yang sudah mapan. Berjaya dalam karir dan keuangan. Independent woman, alias perempuan mandiri. Umumnya merasa sudah melewati target menikah (yang biasanya berkisar antara usia 25-28 tahun) jadi merasa seperti: "ya sudahlah, gimana nanti saja. Toh kalau sudah jodoh juga tidak akan kemana." Ini adalah tipe perempuan yang sangat santai menghadapi urusan pernikahan. Bahkan mungkin hampir atau sudah kehilangan hasrat menikah karena melihat pengalaman saudara dan kawan - kawannya yang sudah menikah tampak ribet hidupnya. Lebih nyaman hidup sendiri, demikian kesimpulannya. Nah, ini pun berbahaya.

Kedua kutub ekstrim ini sebaiknya tidak dijalani Anda ya single ladies. Perempuan itu istimewa, ada generasi yang perlu ia bina kelak. Pun kalau masih belum dipertemukan dengan jodoh, tetap perlu diusahakan. Ada banyak hal yang dapat dilakukan dalam usaha mendapatkan jodoh, sekaligus meningkatkan kualitas diri. Bagi umat muslim, pernikahan adalah ibadah yang dianjurkan. Tidak ada istilah melajang. 

Seorang kawan saya mengatakan, masa lajang di usia 30an dapat dipandang sebagai bentuk anugerah sekaligus ujian. Anugerah karena masih diberikan kesempatan untuk belajar dan meraih hal - hal yang kelak mungkin dibutuhkan untuk berumah tangga. Ujian karena tidak mudah melawan kodrat manusia yang memang diciptakan berpasangan. Tidak mudah pula menjawab pertanyaan orang - orang yang memulai basa - basi dengan pertanyaan: "kapan kamu menikah?"

So single ladies, alih-alih fokus dengan kepanikan yang memang menyerang kita, akan lebih baik ketika kita fokus memanfaatkan masa-masa ini dengan hal-hal yang memang masih ingin kita raih. Bagaimana melakukannya, dan menjadi fabulous single woman di usia ini? 

Kita bahas di Fabulous 30 berikutnya ya!

love u, Tiech.

#30DaysWritingChallenge
#30DWCJilid5
#Day20
#Squad1
#Fabulous30




Baca selengkapnya

Saturday, April 29, 2017

Dia Kembali

Dia Kembali



Apakah belum cukup, waktu yang sudah kuhabiskan untuk mu? Kali ini aku tidak tahu, wujud rindu pada apakah ini? Menyelemi hatiku sendiri, kesakitan yang tidak bisa kupahami maknanya. Apakah itu karena kau? Atau karena kebanyakan dari kita tidak pernah memahami bahwa sebenarnya rindu itu luka. 

Aku sudah tak ingin lagi peduli. Bahwa kau sudah melupakanku. Sepenuhnya. Hanya menjadi kisah biasa dari masa remajamu. Kisah yang lucu, cukup untuk ditertawakan. 

Salahku kah, bila aku menyukaimu lebih dari yang seharusnya? Kadang aku tak bisa mendefinisikan rindu. Bila dulu aku merindumu dengan rasa yang tak cukup digambarkan dengan kata. Kini aku merindukanmu yang tak nyata. Merindukan perasaan rindu itu. 

Cintamu telah pergi. Aku yakin itu. Ini hanya tentang aku. Yang mungkin telah mendewakanmu. Dan mengharapkan engkau lah yang selamanya ada untukku. Janjimu tak akan meninggalkanku. Masih adakah janji itu? Bahwa semuanya ini akan menjadi kisah indah untuk kita? Salahku percaya itu. Selalu salahku. 

Bagaimana aku mengembalikan tempat yang sudah pernah kau tinggali? Agar menjadi hangat kembali. Mengapa yang datang disana hanya orang – orang yang lebih dingin darimu? Aku tidak ingin ruang hati ini menjadi milik orang lain. Yang bahkan cintanya tak sebesar kamu. Yang bahkan tidak selalu ada untuk mendengarkanku. 

Kamu kah yang aku inginkan? 

Biarlah kisah kita tetap menjadi kisah yang menyenangkan, sekaligus menyedihkan untuk dikenang. Biarkan buku cerita kita tersimpan di pulau hatiku yang jauh terpencil itu. 

Biarlah hatiku dingin dan membeku. Karena aku tak tahu, bagaimana mengembalikan matahari, yang telah kau bawa jauh dari aku.

_di suatu malam, di Bandung_

#30DaysWritingChallenge
#30DWCJilid5
#Day19
#Squad1
#syair
Baca selengkapnya

Friday, April 28, 2017

Jejak

Jejak


seperti titik hujan
yang menepuk-nepuk kulitku
kamu ada di situ

banyak hal yang belum selesai
seperti dingin yang tersisa
dari baju yang basah
ah, kisah ini memang tidak bisa usai


aku ingin bisa menghapus jejakmu
yang entah kenapa masih tersisa
meski badai datang menyapu
mencoba mencerabut akar rasa

jalan yang kutempuh denganmu
menyisakan luka yang memerihkan
seperti kaki melepuh karena sepatu

Bisakah aku meneruskan ini sendirian?
merengkuh kecewa, memeluk masa lalu
sementara, tentangmu masih sering terputarkan

mungkinkah bisa kuhilangkan?
memori yang mencatatkan
semua hal tentang kau dan aku

jika kenangan yang disimpan
menjadi duri dalam genggaman
menjadi racun bagi kebahagiaan

bagaimana aku bisa melanjutkan perjalanan?


#30DaysWritingChallenge
#30DWCJilid5
#Day18
#Squad1
Baca selengkapnya