Pagi ini ada perasaan yang
menyelinap di hatiku. Perasaan yang diam - diam membuatku memandang ke luar jendela. Lalu hujan turun,
membawa dan menjatuhkan semua ceritaku bersama kamu. Aku tidak pernah memahami,
mengapa kita selalu bersama hujan. Saat hari aku mengetahui perasaanmu yang
sesungguhnya. Saat kita bisa berlama-lama di sekolah, terlambat pulang ke
rumah, karena hujan. Juga saat kau mengabaikanku, membiarkan menunggu di kursi
taman, pun hujan turun saat itu. Hujan turun, menurunkan semua cerita tentang
kita. Seolah – olah baru terjadi. Aku tersenyum lalu menangis lagi.
Hujan turun. Menurunkan cerita-cerita
yang kusimpan di dalam awan, agar segera berpendar dan menguap di langit. Aku salah memilih awan
untuk menyembunyikannya. Karena pagi ini, hujan turun deras sekali. Menyisakan
kabut dan matahari yang sama sekali tidak bisa menunjukkan kehangatannya. Saat
aku merindukanmu. Saat aku menunggumu. Saat aku menyadari cintamu sudah
berpaling.
Hujan turun. Membawa kisah–kisah dingin, menusuk–nusuk
tulangku dengan angin yang tiba–tiba berhembus kencang. Bukankah sudah lama.
Sudah lama? Mengapa perasaan bisa seperti ini. Bagaimana aku hendak menjaganya
utuh kembali. Hujan semakin deras.
Titik hujan semakin perih kena
kulitku. Bukankah hujan juga yang mengiringiku, mengirimimu surat – surat yang panjang.
Mengatakan bahwa aku masih menyayangimu. Tapi, kau hanya tidak ingin kembali.
Atau mungkin selama ini, perasaanmu tidak sebesar yang aku rasakan. Mungkin hanya
aku yang memuja semua tentangmu.
Hujan masih turun. Semakin deras.
Bagaimana aku mendefinisikan kamu?
Kamu adalah hujan yang turun.
Kamu adalah luka.
Kamu adalah angin yang diam-diam menyelinap dan membuatku
dingin.
Kamu kini membuatku bersyair
mengisahkan kehampaan bersama hujan pagi ini.
#30dayswithchallenge
#30DWCJilid5
#day3
Bagikan
Definisi Kamu
4/
5
Oleh
Tiech