Monday, April 24, 2017

Rumah


Menjelang tengah malam. Mataku semakin panas. Ah tolong, jangan sekarang. Ada setumpuk bacaan dan bahan paparan yang harus aku selesaikan. Tanganku masih tidak bisa lepas dari layar. Jemariku masih mengakrabi tuts keyboard di laptop, walau mata sudah mulai tak jelas melihat. Sementara otakku berusaha mengumpulkan kembali semua pikiran yang bercabang. Agar menjadi satu jalan. Pekerjaan ini harus segera selesai. 

Hanya butuh semenit. Kerongkonganku lalu tercekat. Dan aku tak bisa mengelak. Satu tetes mengenai mejaku. Dua, tiga, lalu akhirnya mengucur deras. Aku menyeka pipi dan hidung yang sudah basah. Lalu susah payah menarik udara. Suara diseberang masih berbicara. Untuk kemudian terdiam. Mendengarkan lirih tangisan. 

“Tidak apa, Dek. Kondisi Bapak memang semakin drop…..”  

Tanganku terhenti. Suara di seberang masih berbicara. Namun perlahan terdengar menjauh. Aku tak mampu mencerna suara lainnya. Karena kini otakku sibuk menggemakan tiga kata: bapak sakit parah. Dan aku masih berada ribuan kilometer di seberang pulau. Tuhan, aku ingin terbang sekarang. 

Rumah
#30dayswritingchallenge
#Day14
#30DWCJilid5 
#squad1

Bagikan

Jangan lewatkan

Rumah
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Suka dengan artikel di atas? Tambahkan email Anda untuk berlangganan.