Monolog Kehidupan
#Day30
#Squad1
An Urban Planner and Writer's Life Journal
Seperti pagi yang kunanti
Hari ini akhirnya datang kembali
Seperti awal dimulainya petualangan hidupku
Saat menemukan diri
Kembali menemukan impian kehidupan
Aku tidak mengerti
Bagaimana mendeskripsikan hati
Ketika itu kini terjadi lagi
Meski kini aku berdiri di sisi yang berbeda
Tapi rasanya masih sama
Aku bahagia
Membersamai kalian dalam langkah
Berbagi peran, bahagia, dan lelah
Belajar berbagi dengan lebih banyak jiwa
Ah, sungguh ajaib perihal hati dan rasa
Mereka yang kembali menemukan jalan memahami diri sendiri
Mereka yang memberi penghargaan pada diri sendiri
Tapi aku yang begitu penuh dengan rasa suka cita dan bangga
Padahal aku hanya berjalan di sisi
Tak melakukan apa-apa lagi
Lalu pelukan hangat melingkariku
Erat, sangat erat
Terbisikkan ucapan terima kasih
Teriring isak tangis
Ah, bukankah aku hanya mengiringi?
Kini pagi datang kembali
Mengisahkan lagi cerita hari kemarin
Membuatku melihat
Satu per satu anugerah
Yang Tuhan kirimkan untukku
Dan aku tersadar
Makin banyak jiwa yang terhubung dengan kebahagiaan
Hanya karena aku mau tulus memberi
Tanpa ada pengharapan
#day26
#30DWCJilid5
Biar kuceritakan pada kalian
Orang-orang yang kumimpikan
Orang-orang diistimewakan
Bahkan sejak kuputuskan
Menjadi bagian yang menghadirkan
Tempat belajar tentang kehidupan
Bahwa diri adalah berharga
Biar kuceritakan bagaimana aku melewati badai dalam jiwa
Ketika aku berusaha hadirkan sinar-sinar mata yang bercahaya
Biar kuceritakan pada kalian
Hatiku secerah pagi
Sejernih langit biru
Sehangat matahari pagi
Kala kalian sampai disini
Menembus angin dan hujan yang membungkus kota
Bagaimana aku bisa menahan senyumku
Bagaimana menahan limpahan rasa
Yang menggelitik hatiku
Membuatku ingin menari
Saat kalian berkumpul di tempat ini
Siap memulai
Perjalanan menemukan diri
Biar kuceritakan pada kalian
Malam itu kalian menyapaku
Dengan wajah-wajah kuyu
Mata yang redup dan sayu
Tapi aku tetap berterima kasih
Karena aku yang kalian pilih
Menjadi teman selama perjalanan
Dalam empat hari yang penuh kejutan
Biar kuceritakan pada kalian
Selayaknya ibu yang bahagia melihat anak-anaknya tumbuh
Aku begitu bangga
Melihat kalian mengatakan
'hidup saya berharga'
Lihatlah pagi ini
Sinar mata kalian mengalahkan mentari
Wajah-wajah dihiasi senyuman
Pundak yang ringan dan lepas dari segala beban
Seakan kalian sudah mempersiapkan bekal
Untuk melesat sejauh-jauhnya
Mencapai semua impian kehidupan.
#30dwcjilid5
#day25
Pernah memikirkan mengapa Tuhan menciptakan manusia dengan dua telinga, dua mata, dan satu mulut?
Seringkali dalam hidup saya menemukan banyak orang yang ingin berbagi tentang diri dan hidupnya. Tapi seringkali pula, saya merasa lelah untuk sekedar mendengarkan. Karena ceritanya pun hanya itu - itu saja. Saya menutup diri, membatasi hidup sendiri dan akhirnya pun malas berbagi cerita dengan orang lain. Ujung-ujungnya malah menyimpan sampah emosi dalam diri.
Suatu kali ketika saya sadar, bahwa cara seperti itu sungguh tidak efektif untuk mencapai tujuan hidup saya. Karena sebenarnya, tidak semua hal bisa saya atasi sendiri. Saya butuh bantuan orang lain.
Dan saya mulai menyadari, bahwa ada banyak orang yang mau mendukung saya. Asal saya bicara, berkomunikasi dengan terbuka pada mereka. Tentang yang saya rasakan, tentang kesulitan yang sedang saya hadapi.
Dan ternyata, kesadaran ini membutuhkan saya yang terhubung dengam orang lain. Bukan sekedar kenal lama atau tahu saja dengan orang itu. Bagaimana mungkin terhubung secara emosi, bila saya tidak sepenuh hati, merasakan apa yang orang lain rasakan tentang hal buruk itu?
Bagaimana memasuki hati mereka bila saya tidak pernah sepenuh hati menatap matanya? Menunjukkan bahwa saya siap mendengarkan apapun yang ingin ia bagi atau kisahkan. Menunjukkan bahwa saya siap mendukung apapun yang ia pilih untuk kemajuan hidupnya.
Karena hati sudah terkondisi, maka akan sangat mudah menjadi pendengar yang peka. Peka pada kondisi hati orang lain. Peka dengan apa yang mereka rasakan. Dan akhirnya, tidak ada sama sekali lelah yang dirasakan. Karena semua hadir dari hati. Disitulah awal lahirnya empati.
Jika kita mau melihat lebih jauh, ada hikmah tersembunyi dalam setiap penciptaan Tuhan. Kita diberikan dua mata, untuk melihat sebanyak-banyaknya nikmat yang Allah berikan. Menggunakannya untuk belajar dan memahami orang lain. Tuhan memberikan dua telinga, mungkin agar lebih banyak mendengar, bukan sekedar ingin bicara atau didengar.
#30dwcjilid5
#Day24
aku mengingat mu lagi
dengan puisi-puisi
yang dulu kutulis untukmu
entah masih kau ingat
curahan hati dalam surat-surat
hari ini aku ingin menelisik setiap kalimat
setiap kata yang pernah ku tulis untukmu.
limpahan rasa yang mungkin tak kau lihat
atau aku yang buta tak dapat melihat hatimu.
menulis puisi untukmu dulu menyenangkan
Tak pernah ada habisnya kata.
untukmu...dalam puisiku.
sungguh, malam ini aku hanya ingin bersyair
menuliskan kata - kata yang hanya muncul saat aku jatuh cinta
dan aku sudah lama tak jatuh cinta.
bisakah kau ceritakan rasanya?
ya, cinta...sungguh aku lupa.
Hujan mendatangi kita malam ini
Menghadirkan beragam emosi
Bagiku bahagia
Bagimu luka
Bagi mereka, tak lebih dari penunda, untuk segera kembali pulang
Hujan ini selalu menjadi cerita
Entah itu karena masa lalu yang membisikkan kisah sendu
Atau sebab musabab hadirnya rindu
Semakin deras
Suara hujan kini beradu
Dengan rutukan dari jiwa - jiwa yang mendamba hangat
#30dayswritingchallenge
#30dwcjilid5
#day22
#squad1
Setiap orang punya cerita. Tapi tidak semua cerita dikisahkan dalam lisan maupun tulisan. Seringkali itu cerita yang menyakitkan. Bisa jadi penderitaan yang disimpan dalam senyuman.
Kadangkala, di dunia ini kita senang memberi makan emosi jiwa. Merasa menjadi hamba paling menderita. Padahal, begitu tahu apa yang sebenarnya dihadapi, ada pilihan untuk bahagia.
Ada harga yang harus dibayar, untuk setiap pilihan tentunya. Rasa sakit mungkin tak dapat dihindari, tapi menderita karenanya adalah pilihan sendiri. Bila mengambil sudut pandang sebagai orang bertanggungjawab, sakit itu menjadi pelajaran. Bahwa ada sesuatu yang barangkali tidak efektif dilakukan. Sehingga nanti bila bertemu masalah serupa di masa depan, sudah tahu pilihan seperti apa yang akan dilakukan.
Menderita menjadi pilihan. Perlu dibayar dengan waktu yang terbuang. Untuk merasakan kesakitan, menangis, menyesal, mengutuk diri sendiri, dan mungkin merasa menjadi korban. Energi habis hanya untuk menikmati penderitaan. Padahal energi yang sama, bisa dihabiskan untuk bergerak menuju kebahagiaan.
Jadi, pilihan apa yang kau ambil hari ini, Kawan? Diam dalam penderitaan, atau bergerak dalam kebahagiaan.
Tiech
#30DWCJilid5
#day28
‘A city is more than a place in space, it is a drama in time'