Tuesday, July 11, 2017

10 Hal yang Saya Sadari Saat Usia 30

Pada tulisan sebelumnya saya sudah membahas 3 dari 10 hal yang saya sadari begitu memasuki usia 30:
1. Kesadaran merawat diri
2. Memanfaatkan kesempatan apapun yang dimiliki
3. Hasrat Kembali ke Rumah semakin besar
Lalu, apa saja 6 hal lainnya?
 
4. Sibuk dengan Self Improvement
Menyadari waktu yang kian terbatas sementara diri ini minim prestasi, saya merasa membutuhkan self improvement atau pengembangan diri. Pada saat lulus SMA saya memang gemar membaca buku-buku psikologi dan pengembangan diri. Namun masuk usia duapuluhan saya lebih sering mengoleksi novel dan buku tentang tips-tips praktis dalam hidup. Akhir-akhir ini selain mengikuti tes kepribadian yang gratis maupun berbayar, saya menyukai hal-hal yang berkenaan dengan self healing, mengenal diri melalui Human Design Approach, mengikuti training, coaching, dan mulai mengoleksi lagi buku-buku bertema Self Improvement. 

5. Mencintai dan Menerima Diri
Salah satu hal yang sering saya lakukan adalah membandingkan diri saya dengan orang lain. Dengan teman yang sudah menikah dan punya anak, dengan teman yang sudah menyelesaikan pendidikan magister dan doktornya di luar negeri, dengan teman yang sudah berada pada jenjang karir yang tinggi dan lembaga prestisius, dan banyak hal lainnya. Hasilnya saya membenci diri saya sendiri dan merasa terjebak dalam jiwa yang salah. Kemudian melupakan bahwa ada banyak dari diri yang bisa disyukuri. Saya terlalu lama fokus pada pencapaian orang lain dan kelemahan diri. Melupakan bahwa saya punya tujuan sendiri, cara dan mungkin hasil yang berbeda dari orang lain. Saya hanya perlu menjadi versi terbaik dari diri sendiri. 

6. Butuh Visi dan Target Abadi
Sebenarnya saya selalu merasa punya tujuan hidup. Beribadah kepada Allah. Itulah yang mestinya seorang muslim miliki dan tercantum pula dalam kitab. Tapi saya kemudian menyadari bahwa itu sebenarnya tujuan penciptaan manusia. Saya ternyata belum memiliki tujuan yang jelas, yang sejalan dengan tujuan penciptaan itudan yang menjadi alasan untuk saya melakukan apapun dalam hidup. Dan itulah yang saya butuhkan, agar semua yang saya lakukan bermakna ibadah, agar saya selalu punya energi untuk bergerak dalam hidup. 

7. Karir ini bukan yang saya inginkan
Ketika saya mulai tidak tertarik dan excited saat mengerjakan proyek-proyek di kantor, awalnya saya pikir itu hanya jenuh. Namun semakin lama, saya meyakini ada sesuatu yang tidak pas. Tes kepribadian dan bacaan-bacaan self improvement, juga keterlibatan saya pada aktivitas sosial di luar kantor membantu saya mengenali bakat saya yang sesungguhnya dan menemukan karir impian saya. Saya memutuskan keluar dari kantor. Dan kini sedang mencoba memasuki dunia pekerjaan baru dan fokus menulis. 

8. Tidak tertarik bermain-main
Dulu, di tahun-tahun awal saya bekerja, saya selalu menyiapkan waktu khusus diakhir pekan untuk bertemu teman-teman. Kami menyebutnya dengan agenda 'main'. Agenda ini kadang diisi dengan sekedar makan-makan di kafe, jalan-jalan, ke mall, nonton bioskop, karaoke, atau sekedar berolah raga di lokasi Car Free Day. Kami bisa menghabiskan waktu seharian untuk bermain. Kini, agenda seperti itu sudah tidak menarik hati lagi. Saya lebih memilih menemui orang untuk silaturahmi, atau menghadari acara-acara amal, pengajian, atau seringnya memilih di rumah untuk membaca buku atau membereskan rumah. Waktu saya terlalu berharga untuk sekedar bermain.

9. Nyaman > Gaya
Bicara soal penampilan, dulu saya paling tidak mengerti pada seorang kawan yang usianya 18 tahun lebih tua dari saya. Dia sangat menyukai sepasang sepatu kulit yang menurut saya modelnya membuat kakinya terlihat gendut, tidak menarik.  Saat itu saya menyukai sepatu berhak tinggi dan berpotongan menarik sehingga membuat kaki terlihat jenjang, meskipun terasa sakit memakainya. Kini, saya lebih tertarik pada sepatu yang nyaman dipakai, tidak masalah kalau bukan trend. Begitupun dengan kerudung. Kalau dulu masih betah memakai pasmina, ikut tutorial, sibuk menggunakan jarum pentul. Kini, saya memilih kerudung yang nyaman dan mudah dikenakan.Kadang saya hanya menggunakan dua bros atau peniti saja. Yang penting kerudungnya tebal, tidak licin dan menutup dada. Tutorial hijab itu semakin memusingkan kepala saya.

10. Mempersiapkan Dunia dan Akhirat
Setelah melewati hidup ibarat mengalir seperti air, saya sadar bahwa jika saya tidak cukup mempersiapkan hidup saat ini, maka di hari tua nanti lah akibatnya akan saya rasakan. Saya sadar perlu investasi, memiliki tabungan jangka menengah dan jangka panjang, mengelola keuangan untuk mempersiapkan kehidupan mulai dari menikah, punya anak, hingga masa pensiun kelak. Dan dimasa ini pula saya semakin jeli pada setiap kesempatan untuk berinvestasi di akhirat. Entah itu dengan sedekah, berbuat baik tanpa melihat besar kecilnya tindakan itu, berharap pada setiap tindakan yang berniat untuk Allah, diterima dan diridhoi-Nya. 

Nah, begitulah 10 hal yang saya sadari begitu masuk usia 30. Kalau kamu bagaimana? Yuk, didaftar yuk!. Siapa tahu kamu punya daftar yang berbeda dan bisa menjadi pelajaran bersama.

#myFabulous30
#Day6
#30DWCJilid7
#Squad8

Bagikan

Jangan lewatkan

10 Hal yang Saya Sadari Saat Usia 30
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Suka dengan artikel di atas? Tambahkan email Anda untuk berlangganan.