Monday, July 31, 2017

Kipas Angin

"Dulu kalian dak pernah tidur pake kipas angin, baik-baik aja yah? Sekarang kok jadi beda ya?" keluh ibuku suatu hari. Keluhan ini datang karena tagihan listrik yang naik setiap bulan. Berbagai trik sudah dilakukan. Mengurangi penggunaan kulkas, AC, pakai lampu hemat energi, tapi tetap saja tagihan listrik rasanya makin mencekik. Belum lagi kini di rumah kami, setiap kamar memiliki kipas. Semua keponakanku tidak bisa tidur tanpa kipas. Sekalipun itu hari hujan dan cuaca sudah cukup sejuk. Kipas angin berputar sepanjang malam dan siang. Waktu istirahatnya barangkali hanya pagi hari dan saat kami tidak di kamar atau di rumah. Dalam semalam, ada lima kipas angin yang menyala.

Aku membayangkan lagi masa kecilku. Hanya ada tiga kipas angin di rumahku ini. Satu di ruang tamu, satu di ruang tengah, dan satu kipas angin kotak yang bisa dibawa kemana saja. 


Aku sendiri sejak kecil sudah terbiasa tidur tanpa menggunakan kipas. Meskipun itu siang hari yang teramat panas, aku betah-betah saja tidur di kamar tanpa kipas angin. Tapi kini, tidak. Apalagi di musim kemarau seperti sekarang.

Ini membuatku bertanya-tanya. Apakah memang suhu bumi semakin meningkat? Karena menurut sebuah artikel, dibandingkan dengan kondisi tahun 1961 hingga tahun 1990, suhu bumi secara global pada tahun 2016 naik sebesar 0,84 derajat celcius. Angka yang sepertinya sangat kecil ini bermakna besarloh bagi kehidupan di bumi ini. Apa ini juga yang mempengaruhi suhu di sekitar rumahku?

Kulihat sekitar rumahku kini, perubahan penggunaan lahan menjadi lahan terbangun. Dulu, kiri kanan, dan belakang rumah kami adalah semak belukar dan hutan. Halaman rumah pun dipenuhi aneka bunga dan pepohonan. Pohon jambu, kelapa, nangka, belimbing ciremai, petai cina, bunga kenanga, dan masih banyak jenis tanaman hias lainnya. Mungkin ini yang menyebabkan masih ada angin sejuk yang masuk ke rumah. Walaupun risikonya, rumah kami cukup akrab dengan ular dan aneka hewan lain seperti ulat bulu, kaki seribu, lipan, dan serangga yang aku sendiri tidak tahu namanya. Kini semua sudah berganti dengan halaman yang disemen, dan tanaman hias yang tumbuh di pot-pot. Pepohonan kini berganti dengan bangunan warung dan garasi. Untungnya, bagian dapur masih banyak pepohonan. Boleh dikatakan itulah bagian rumah yang paling sejuk dan tidak butuh kipas angin saat ini. Aku selalu betah duduk di teras yang ada di belakang rumah. Sambil menikmati pepohonan dan angin sepoi-sepoi di kala mentari sedang menyengat.

Kipas angin yang sedang berputar di depanku kini membuatku sadar. Bahwa dunia benar-benar panas, hingga membutuhkan bantuan angin dari kipas ini. Kalau saja sekeliling rumahku bisa kembali rindang seperti dulu, tentu lah kami tidak usah repot berkipas ria. Cukup mengandalkan kesejukan yang dibawa pepohonan. Tidak perlu pusing dengan harga listrik semakin meningkat, sementara kebutuhan penggunaan kipas angin dan AC juga semakin meningkat. 

Lalu aku membayangkan. Seperti apa tagihan listrik kami, bila rumah ini sama sekali tidak membutuhkan kipas angin? Ah tentu saja, dengan tarif dasar yang sama :).

#day26
#30DWCJilid7
#Squad8

Referensi:
http://nusantaranews.co/makin-panas-suhu-bumi-naik-11-derajat-celcius/

Bagikan

Jangan lewatkan

Kipas Angin
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Suka dengan artikel di atas? Tambahkan email Anda untuk berlangganan.